95% trader Investor pasti rugi, hanya 5% yang bertahan mengharapkan
profit dalam suatu penantian waktu tertentu. Itulah gambaran bagi siapa
saja yang ingin melakukan trading investasi secara langsung maupun tidak
langsung di dalam pasar instrumen investasi di seluruh dunia. Jangan
berharap dengan suatu mimpi, tapi berharaplah dengan suatu kepastian
kerugian yang berlangsung dalam horizon waktu investasi tertentu untuk
memetik keuntungan. Sudah terlalu banyak orang meniupkan mimpi
kelezatan Trading Investasi . Jangan terbuai dulu. Pikirkan, pelajari,
kuasai dan siapkan resiko yang mampu di terima , setelah itu baru lah
siapkan mental untuk masuk bertransaksi di pasar yang semakin kejam.
Jangankan orang awam , trader sekaliber dunia pun pernah menyebabkan
bank tempat bekerjanya bangkrut , hanya dikarenakan melupakan prinsip
Rasio Risk- Return-Time. Nicholas Nick Leeson telah membangkrutkan
salah satu bank terbesar di Inggris , Barings Bank pada tahun 1995.
Nick Leeson sebelumnya adalah anak emas bank Barings yang di tempatkan
di Singapore pada usia muda 28 tahun. Dia sebelumnya telah berprestasi
memberikan keuntungan trading yang luar biasa kepada Barings , namun
sayangnya pada tahun 1995 satu hari setelah gempa bumi Kobe Jepang ,
dia terus melakukan transaksi di atas batas kemampuan risk
-profit-time ratio yang di delegasikan oleh kantor pusat di London.
Setelah harga jatuh tajam, Nick mengambil posisi buy Nikkei, di
ambil dengan harapan dalam waktu beberapa hari kedepan harga akan
kembali rebound naik. Namun ternyata sampai batas waktu jatuh tempo
harga index Nikkei malah semakin jatuh lebih dalam 1000 poin. Karena
posisi nya maka menyebabkan kerugian yang sangat besar , USD 7 billion,
padahal Baring hanya punya kemampuan modal sebesar USD 0.5 billion.
Barings bank di nyatakan bankrut Februari tahun 1995 dan di ambil alih
Dutch dan ING bank.
Cerita di atas paling tidak memberikan peringatan kepada siapa saja
yang ingin melakukan hal gambler. Bisa saja dalam melakukan transaksinya
gambler pernah meraup keuntungan 1000% bahkan lebih. Namun , perlu di
ingat hampir semuanya juga pernah mengalami rugi lebih dari 1000%.
Persoalannya adalah jika kerugian yang dasyat itu menjemput lebih
dahulu maka semua hidup dan modal akan hancur lebih dahulu dan tidak
akan pernah hidup lagi.
Trading Investasi sama sekali berbeda dengan gambler. Gambler adalah
orang yang sudah siap mati selamanya. Sedangkan Trader Investasi yang
sesungguhnya adalah perhitungan matang bisnis jual beli yang selalu
memasukan faktor resiko sebagai rambu yang sangat ketat sebelum
mengambil keputusan. Gambler justru sebaliknya, malah hanya
mengedapankan profit sebagai acuannya. Jadi sangat berbeda sekali
konsep berfikir antara gambler dengan Trading Investasi. Trader akan
masuk dalam golongan pecundang ( 95% loss) jika tidak menguasai
sepenuhnya hubungan faktor Resiko, Profit dan Time Horison .
Bagaimana mengukur dan merencanakan hubungan antara resiko, profit ,
dan timing ? Dalam tulisan ini akan diterangkan secara garis besar saja
agar mudah di mengerti oleh berbagai kalangan, karena jika di kupas
secara lebih detail , nantinya akan makan waktu 1-2 semester perkuliahan
akademis. Banyak sekali dalam literatur praktisi dan akademisi mengenai
konsep managemen risk. Dalam tulisan ini lebih mengarah hubungan antara
faktor teknikal dengan sentimen fundamental.
Resiko adalah suatu potensi kerugian yang bisa terkena pada suatu jenis
investasi apapun. Profit adalah suatu target keuntungan yang normal yang
masih bisa di capai oleh investor. Time horizon adalah pemanfaatan
waktu transaksi dalam koridor periode tertentu sehingga bisa menentukan
kapan waktu terbaik dan sampai kapan transaksi itu berlangsung untuk
menghasilkan keuntungan yang layak dari segi waktu.
Resiko harus di manajemen dengan tepat, karena bisa menyebabkan kolaps
terhadap modal . Besarnya resiko yang di ‘available” kan bisa
berbeda-beda pada masing-masing investasi. Namun umumnya pasti harus di
batasi dalam jumlah proporsi tertentu, misalnya maksimum resiko 10%
dari modal dalam periode 1 bulan berjalan. Profit harus mempunyai
tekanan kecendrungan tercapai dengan menggunakan pendekatan secara
sentimen fundamental yang di dukung angka-angka secara teknikal. Time
horizon investasi harus mampu memberikan gambaran sampai berapa lama
investasi itu mencapai target keuntungan . Penempatan hubungan yang
salah dalam horizon investasi akan menyebabkan efisiensi penggunaan
modal menjadi menurun. Oleh karena itu untuk mencapai tingkat
efektifitas trading investasi yang optimum di perlukan kejelian dan
ketelitian menghubungkan faktor resiko, profit dan time horizon.
Home »
Psikologi Trading
» Profit is a dream part 1
Profit is a dream part 1
Saturday, November 30, 2013 | 0 comments
Related Post
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)


No comments:
Post a Comment